Harga Minyak Harus Turun?

Fxtrod.com-Harga minyak mencetak harga produksi tertinggi di tahun 2016 pada perdagangan minggu ketiga di bulan April ini. Setelah sempat mengalami penurunan di awal tahun 2016 sebesar 28%, harga minyak melenggang naik sejak penutupan harga di bulan Februari 2016. Kenaikan harga minyak pada minggu ini dapat dikatakan cukup membingungkan. Jumlah rig darat aktif Amerika yang terus berkurang dan demonstrasi pekerja minyak di Kuwait yang menurut kami bukanlah sesuatu yang berimbas cukup besar untuk mendongkrak harga minyak hingga harus hampir menyentuh level $45/barel.

Di lihat dari sisi fundamental, harga minyak terlihat lebih rasional bila mengalami penurunan disbanding kenaikan. Beberapa faktor-faktor pendukung yang melemahkan harga minyak dapat dikatakan lebih banyak ketimbang data-data fundamental yang mendorong kenaikan harga minyak. Beberapa data-data yang kami himpun yang dapat menekan harga minyak antara lain adalah masuknya Iran sebagai “pemain baru” dalam produksi minyak, faktor deserelasi deman dari zona Asia,  ekonomi China yang melambat, isu kembali aktifnya tambang minyak milik kongsi perusahaan Arab Saudi dan Kuwait di kota Khafji diperbatasan dua negara tersebut, jumlah produksi minyak harian Rusia yang mencetak rekor baru di level 11 juta barel pada Maret 2016, ekspor minyak Rusia yang naik menjadi 10%, kesepakatan pembekuan produksi minyak yang tidak tercapai pada pertemuan di Doha dan indikasi adanya kemungkinan “perang harga” yang akan terjadi antara Rusia dan Arab Saudi serta suntikan modal baru yang akan diperoleh Arab Saudi sebesar US$10 miliar pada akhir bulan ini melalui pinjaman dari bank luar negeri yang besar kemungkinan akan digunakan oleh pemerintah Arab Saudi untuk menyaingi Rusia dalam memproduksi minyak mentah seharusnya sudah cukup menjadi alasan yang kuat kenapa harga minyak harus segera turun.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, hasil pertemuan antara para produsen minyak dunia yang berlangsung di Doha, Qatar pada Minggu 17 April lalu berakhir dengan kebuntuan. Awalnya pertemuan ini merupakan upaya yang digagas oleh negara-negara produsen minyak untuk membekukan tingkat produksi sehingga dapat mendongkrak harga minyak.  Arab Saudi selaku pemimpin OPEC yang sebelumnya adalah salah satu penggagas dari pertemuan ini secara mengejutkan menolak untuk melakukan pembekuan produksi setelah sehari sebelumnya pemerintah Iran menyatakan pada Reuters bahwa pemerintah mereka secara tegas monolak ikut dalam kesepakatan tersebut dan tidak akan mengirimkan delegasinya untuk menghadiri pertemuan itu. Seakan tersinggung dengan sikap Iran, Arab Saudi memutuskan untuk ikut menolak kesepakatan pembekuan ini. Meski seminggu sebelumnya Arab Saudi dan Rusia terlihat kompak menyerukan kesepakatan pembekuan produksi minyak, kini kedua negara penghasil minyak terbesar di dunia ini mengancam akan menaikkan tingkat produksi mereka sempai batas kemampuan mereka.

Seperti yang kami kutip dari CNBC, Kepala Industri Minyak dan Divisi Pasar Badan Energi Internasional, Neil Atkinson mengatakan bahwa dia percaya bila Rusia dan Arab Saudi akan memompa minyak sebanyak mungkin.  Atkinson mencatat bahwa Arab Saudi memiliki kapasitas produksi cadangan hingga 2 juta barel perhari sehingga dapat melebihi tingkat produksi Rusia di 11 juta barel perhari.

Salah satu rencana Arab Saudi menambah modal produksi minyak mereka adalah dengan menjual obligasi dan saham perusahaan minyak mereka ke luar negeri untuk mendapatkan topangan dana baru dari investor luar. Rencana kebijakan finansial ini diumumkan oleh Arab Saudi melalui wawancara dengan BBC beberapa hari setelah pertemuan di Doha. Meskipun mengalami defisit anggaran pembiayaan sebesar 23% pada tahun lalu dikarenakan turunnya harga minyak, kebijakan baru ini dipercaya dapat  mengatasai krisis ekonomi yang sedang melanda Arab Saudi ketimbang melakukan pengurangan produksi minyak bumi.

Secara teknikal, kami melihat potensi penurunan harga minyak bisa terjadi di minggu terakhir bulan April ini. Level support dikisaran harga $40 dan $37 sangat mungkin tersentuh mengingat begitu banyaknya “beban” yang harus ditanggung oleh komoditi berbasis energi ini. Perang harga antara produsen utama minyak demi menjaga pangsa pasar seakan tidak terhindarkan, meskipun peluang perundingan antara negara-negara eksportir minyak untuk menekan produksi bisa saja terjadi sebelum berlangsungnya meeting OPEC di Wina Austria pada 2 Juni nanti.

FxtrodMedia

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *