Brexit- Revolusi Baru Di Negeri Union Jack

Fxrod.com-Hasil referendum Inggris yang dilaksanakan pada hari Kamis (23/6) kemarin membuahkan hasil pada kemenangan bagi kubu Brexit (British Exit) dengan selisih kemenangan sebesar 1.9%. Inggris secara mutlak resmi meninggalkan sistem kebijakan ekonomi dan politik Uni Eropa. Hasil referendum ini bisa dikatakan cukup mengejutkan berbagai pihak. Beberapa anggota dari pemimpin Uni Eropa seperti Presiden Prancis Francois Hollande. Seperti yang kami kutip dari Reuters, Hollande menyatakan bahwa dengan keluarnya Inggris dari UE merupakan sebuah cobaan yang sulit bagi Eropa. Nilai Tukar Poundsterling terhadap Dolar AS tertekan cukup dalam. Dalam hitungan jam, Poundsterling melemah lebih dari 8% dan ditutup pada level 1.36 dan pasar saham FTSE 100 turun sebesar 8%. Panic Selling juga terlihat di beberapa pasar saham Asia. Indeks Nikkei turun sebesar 6% di level 15260, indeks Kospi turun sebesar 3.6% di level 238.95 dan berbanding terbalik dengan penguatan tukar Yen sebesar 5% sebagai safe haven akibat imbas dari hasil voting ini. Indeks Hangseng turun sebesar 2.7% dan ditutup pada kisaran 20174. Sedangkan dari dalam negeri, IHSG turun 110.94 poin dilevel 4763.37 meski akhirnya penurunan harian hanya sebesar 0.82% sedangkan emas berkilau hampir sebesar 7% ke level $1348/to.

Vote

Kemenangan kubu Brexit atas hasil voting ini seakan menjadi beban tersendiri bagi Perdana Menteri Inggris David Cameron. Tidak lama berselang setelah hasil perhitugan di dapat, Cameron menyatakan pengunduran dirinya sebagai pemimpin pemerintahan Inggris. Meski masih akan tetap menjabat hingga beberapa pekan ke depan demi menjaga stabilitas dalam negeri, Cameron merasa keputusan pengunduran dirinya sudah sangat tepat. Seperti yang kami kutip dari BBC, Cameron menyatakan bahwa rakyat Inggris telah membuat keputusan jelas untuk menempuh jalan lain dan oleh karenanya, negara ini memerlukan pemimpin baru untuk memandunya ke arah sana.

Berbagai tantangan baru akan segera dihadapi Inggris. Meski masih memiliki waktu 2 tahun untuk berbenah dengan regulasi sendiri, beberapa sistem perdagangan bebas antara anggota negara Uni Eropa dipastikan akan di cabut dalam arti setiap ekspor impor dengan negara yang tergabung dalam Uni Eropa akan dikenakan biaya berdasarkan peraturan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dimana pada peraturan ini akan mengharuskan Inggris untuk membayar tarif impor dari negara-negara anggota Uni Eropa dan begitupun sebaliknya.

Keuntungan baru yang diperoleh Inggris dengan keluar dari Uni Eropa adalah Inggris tidak perlu lagi membayar iuran tahunan keanggotaan Uni Eropa. Selama menjadi anggota Uni Eropa, Inggris diwajibkan untuk membayar iuran tahunan sebesar £8.5 milar pertahun. Dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, dana iuran tahunan ini dapat digunakan untuk menambah sektor tenaga kerja dan pelayanan kesehatan dan beberapa subsidi atas pajak BBM.

Dari sisi ketenagakerjaan, Inggris berpeluang untuk menentukan secara penuh ijin tinggal bagi pendatang yang akan mencari pekerjaan di Inggris. Saat masih menjadi anggota UE, Inggris diwajibkan untuk menerima semua imigran dari dataran Uni Eropa yang akan masuk ke negara tersebut. Pintu masuk yang terbuka lebar sejak diberlakukan kesepakatan untuk bebas menetap pada 2004 lalu kini perlahan dan pasti akan segera di tutup. Pemerintah Inggris berpeluang untuk mensortir setiap imigran yang akan menetap di negaranya dengan membuka peluang masuk hanya bagi pekerja dengan tingkat keterampilan yang tinggi untuk tinggal di Inggris sebagai prioritas utama.

Kami melihat bahwa hasil dari referendum ini mungkin akan menekan nilai tukar Poundsterling dan Euro semakin dalam. Penurunan Euro dibawah 1.10 berpeluang terjadi dalam waktu dekat, mengingat selama ini Inggris dan Jerman adalah penopang terbaik bagi ekonomi Uni Eropa. Tetapi dengan hengkangnya Inggris melalui hasil referendum ini, nilai tukar Euro besar kemungkinan akan mengalami depresiasi yang cukup dalam. Efek domino juga berpeluang terjadi pada pasar Asia dimana tekanan terhadap BoJ untuk segera melakukan intervensi karena tekanan safe haven. Sedangkan dari Inggris sendiri, pertumbuhan ekonomi diprediksi akan melambat karena sistem regulasi yang baru. Seperti yang kami kutip dari Bloomberg, Bank of England diprediksi akan memotong tingkat suku bunganya demi menghindari resesi akibat dari dampak referendum ini. Peluang pemotongan suku bunga ini disampaikan sendiri oleh Gubernur Bank of England Mark Carney sesaat setelah hasil voting di rilis. Carney beranggapan bahwa pelonggaran moneter oleh BoE secepat mungkin harus segera dilakukan demi menghindari adanya resesi ekonomi.

Terlepas dari itu semua, Inggris saat ini adalah sebuah negara dengan sistem perekonomian dan politik yang baru. Sebagai salah satu bangsa yang tercatat dalam sejarah dengan keberadaan yang telah diakui sejak abad pertengahan, Inggris memang sudah selayaknya berdiri sendiri dalam menentukan pilihan mereka. Semua keputusan untuk menentukan masa depan mereka berada pada rakyat mereka sendiri. Sesuai dengan ambisi mereka sejak dahulu untuk berkuasa, hasil referendum ini seakan menjadi gambaran atas keinginan mereka untuk berkuasa atas hak di negara mereka sendiri dan hak menentukan pilihan mereka sendiri. Dieu et mon droit!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *